Flash Fiction 400 kata-Putramu bukan Putraku

Putramu bukan Putraku 

oleh Dian Hendar Pratiwi


“Adi ?”
“Bukan. Saya Putra.”
Siang hari di terminal seorang wanita tengah meyakinkan dirinya sendiri bahwa ingatannya tak salah. Dengan gaun putih panjangnya yang nampak berdebu dia masih mengamati detail sosok laki-laki di hadapannya. Rambutnya yang sebenarnya indah, tebal, hitam dan lurus sebahu mulai terlihat sedikit acak-acakan. Tertiup angin mungkin.
“Kamu Adi.”
“Maaf nona. Mungkin Anda salah orang.”
“Tidak.” Tegas wanita itu sambil menggelengkan kepalanya kuat-kuat.
Sekali lagi si wanita memperhatikan laki-laki yang ada di depannya. Seorang laki-laki yang kira-kira umurnya sepantaran dengan dirinya. Berbadan tinggi tegap berkulit sedikit coklat. Kala itu dia mengenakan kemeja putih lengan panjang yang dimasukkan rapi ke dalam celana jeans hitam panjang. Juga menggunakan ikat pinggang hitam bergesper bentuk oval berwarna silver. Necis.
Agaknya rasa penasaran si wanita itu menjadi-jadi. Dirinya yakin Ia tak salah orang.
“Hey, apa yang Anda lakukan nona?” Tanya si laki-laki dengan nada tinggi. Ia berusaha menghindari ayunan tangan si wanita ketika akan memegang pergelangan tangannya. Namun terlambat si wanita lebih sigap dan Ia memegangnya dengan sangat kencang.
Si wanita mengacuhkan gertakkan itu. Dia tetap memperhatikan laki-laki di hadapannya. Dengan mengelilinginya kali ini. Kemudian dia berhenti tepat di belakang punggung si laki-laki dan mengamati sekitar bagian tengkuknya.
“Hey, apa-apaan kau! Minggir minggir!” Dengan gusar si laki-laki menghindar. Kali ini usahanya berhasil. Genggaman wanita tadi lepas.
“Itu! Kau mengenakan baju yang dulu kubelikan bukan?” Dahinya berkerut menggambarkan dirinya sedang berpikir demi mengingat sesuatu.
“Baju?”
“Yaa! Baju itu. Baju itu kubelikan sehari sebelum kau melamarku. Karena kau tak punya baju bagus ketika itu dan kau merasa malu bertemu orang tuaku.”
“Ya! Memang baju ini ku beli ketika akan lamaran. Itupun melamar istriku!”
“Akulah istrimu.” Dengan senyum terkembang si wanita mengulurkan tangannya untuk memeluk si laki-laki. Namun si laki-laki justru mundur menghindar.
“Ini anak kita?” Tanya si wanita lagi sambil mencoba merengkuh bocah laki-laki yang berdiri tepat di samping Ayahnya.
 “Bukan! Ini anak saya. Adi Baskara. Anak saya dengan istri saya. Bukan dengan Anda.
“Anak? Istri? Bukan dengan aku?” Si wanita berhenti melangkah maju. Tangannya yang sedari tadi menjulur ke depan kini di turunkannya perlahan. Perhatiannya kini berpaling ke seorang anak laki-laki bernama Adi.
“Kau Putra? Kau beristri? Kau beranak Adi dengan istrimu?” Sekali lagi si wanita meyakinkan dirinya.
“Maaf saya harus pergi. Istri saya sudah datang menjemput.” Ujar si laki-laki sambil menggandeng erat tangan Adi. Dia berlalu meninggalkan si wanita yang terduduk lemas di lantai dengan gaun pengantinnya yang terjuntai.

(PAS! 400 kata dengan judul)

0 komentar: