Ayam Saja Berkokok


Ayam Saja Berkokok
oleh Dian Hendar Pratiwi

11.35 WIB
Wajahnya tegas. Alisnya mengeryit menyatu di tengah terkadang, tanda seorang pemikir. Pipinya berisi. Bukan karena bengkak tapi memang tembem. Gurat-gurat lehernya bergelambir. Perutnya mengembung seperti ikan gembung tapi bukan pria yang sedang hamil. Dia tulen dan jantan. Aku yakin itu. Majikanku yang bilang. Walaupun Majikanku belum pernah membuktikannya. Masih mahal dicoba katanya suatu hari padaku. Majikanku ingin menjajalnya perlahan.
Setiap kali kemari pakaiannya selalu rapi. Nggak serampangan seperti teman  Majikanku yang lain. Ngobrol ngalur ngidul, ngomongin orang, ngerokok, kadang mereka juga setengah mabuk di sini. Apalagi suara kendaraan mereka yang bising. Aku tak suka ! Tapi entah sepertinya Majikanku lebih betah ber-ha-ha-hi-hi dengan teman-temannya daripada Dia yang sopan ini. Namun hanya teman-temannya lhoo.. Majikanku seorang gadis remaja yang pintar membawa diri. Mudah bergaul dengan siapa saja. Termasuk ketika dengan teman-temannya yang tidak kusuka atau dengan si Dia.
Setelannya hari ini kaos coklat muda bergambar Semar, salah satu tokoh pewayangan dalam cerita Punakawan di Jawa. Celana jeans hitam panjang dan kaos kaki putih bergaris hitam yang tetap Ia kenakan ketika masuk ke rumah Majikanku. Necis. Hanya saja jaket abu-abunya yang sedikit merusak penampilannya. Mungkin perlu dicuci. Aku tidak memperhatikannya mendalam tapi aku tahu itu.
Seperti biasa Dia kemari bukan untuk menemuiku tapi Majikanku. Tak apa. Aku malah akan bisa bebas memperhatikannya. Dia masih tetap enggan berbicara. Tak satu katapun keluar dari mulutnya. Puasa ngomong mungkin. Ku lihat Majikanku jadi merasa asing di sampingnya. Padahal sebelum perjamuan tanpa jamu hari ini dimulai. Mereka telah saling mengenal hampir setahun. Berkat seorang sahabat. Tapi kali ini bukan seperti kala itu. Sekali lagi aku tidak memperhatikannya mendalam tapi aku tahu itu.
12.05 WIB
Jari-jarinya yang tidak lentik mulai bergerilya di atas tuts-tuts laptop sambil sesekali pandangannya mengarah ke depan layar. Dia memilih untuk menyalakan laptopnya kali ini. Mungkin lebih seru daripada hanya berdiam diri berdua. Aku mulai berspekulasi dengan imajinasi kelelakianku. Mungkin saja Dia sedang menyaksikan film kartun kuda jantan yang menaiki betinanya.
BUKAN. Just playing a GAME!
12.30 WIB
“Apakabar?” Majikanku menyudahi ‘puasanya’ setelah satu jam berlalu.
“Baik. Kamu ?”
“Lumayan.”
“Kok lumayan ?”
“Yaa..begitulah. Lagi campur aduk pikirannya.”
12.45 WIB
Segelas besar sirup merah di hadapannya masih tetap sama. Tak berubah. Hanya kini gelasnya mulai berair. Bercucuran embun. Kedinginan. Majikanku sekisah dengan gelas itu pikirku. Ditambah kini Dia menyalakan A-mildnya. Rumah Majikanku lebih mirip arena hotspot sepertinya. Tempat yang cocok untuk di datangi, membuka laptop, tersaji makanan kecil serta minuman dingin, bicara pada laptop tapi orang lain yang menjawab, dan ngudud¹.
“Kamu pulang ke sana lagi kapan?” Tanyanya pada laptop.
“Masih belom tahu.” Majikanku yang mewakili jawabannya. TOLOL! Pikirku.
“Emang masuk kapan ?”
“Nggak tau juga. Biasanya libur semester ganjil sebulan.” Aku tahu Majikanku tidak tolol tapi baik. Majikanku sengaja menjawab singkat berharap ada pertanyaan lanjutan.
…….
Ternyata senyap; seperti dugaanku.
13.10 WIB
Sudah lebih dari satu jam aku menyaksikan mereka berdua. Baru kemarin siang Ia cerita kepadaku. Bagaimana Ia merindukan Dia. Namun kenyataannya hari ini Dia malah tak banyak bicara. Cuek bebek kalau kata bebek di dinding, temanku.
Sebenarnya ini bukan hal aneh tapi bukan juga biasanya. Masih dalam minggu yang sama hubungan mereka masih baik-baik saja. Mereka masih saling bertukar kabar. Termasuk diantaranya jokes mesum yang membikin Majikanku tertawa terpingkal.
Masih kata Majikanku, sepanjang perjalanannya pulang kemarin dirinya telah menyusun berbagai rencana dengan Dia. Pergi ke toko buku, mampir ke rumah Dia, ke pameran computer terbesar bulan ini, ke bioskop, beli es krim dan kemanapun lagi nantinya. Jelasnya ini semua demi mempererat hubungan mereka yang terpaut jarak selama ini.
13.20 WIB
“Aku pulang dulu yaa..”
“Hati-hati.” Majikanku menjawab dengan tersenyum.
Ternyata cukup dua sesi pertanyaan selama dua jam. Mungkin Dia sedang enggan bertemu padahal Majikanku sangat ingin memeluknya. Atau mungkin Dia mulai merasa bosan dan semakin ragu untuk meneruskan hubungannya dengan Majikanku.
Majikanku masuk ke kamarnya membanting pintu. Aku mengerti perasaannya. Aku pikir Dia keterlaluan. Ayam saja tetap berkokok meski tiap hari bertemu gerombolannya. Aku merelakan Majikanku memukul-mukulku, menendang kakiku dan tubuhku basah karena airmatanya. Aku ingin sekali menggantikan Dia memeluk dan menenangkannya. Tapi aku tak mau menyalahi kodrat Tuhan. Aku hanya bisa menjadi pendengar dan pelampias nafsu amarahnya.
Majikan kembali bercerita padaku, “Meja kau lihat sikapnya tadi? Rasa-rasanya aku menampar mukanya agar Dia mengerti kekesalanku. Aku lama tak bertemu dengan Dia. Aku ingin memeluknya dan berharap Dia merasakan hal yang sama. Tapi apa? Tak satupun kata keluar dari mulutnya!”
4 bulan kemudian-in his facebook
Adit Kurniawan in a relationship with Ammy Azzarah. Aku tak mengerti arti in a relationship yang jelas Majikanku berbisik padaku, “Semoga langgeng.”

¹ Ngudud: istilah dalam bahasa Jawa yang berarti sedang merokok/ngrokok

1 komentar:

diidii mengatakan...

Ini cerpen yang aku ikutin di Lomba Newbie Axelo 2. Alhamdulillah masuk 20 besar dari puluhan cerpen yang masuk.
Terimakasih Bang Lucky Andrean Sanusi dan bang Fiyan Arjun :)