Seandainya Tuhan Jatuh Cinta

Seandainya Tuhan Jatuh Cinta
oleh Dian Hendar Pratiwi

Mencintaimu adalah hal terindah..




24 jam.
Seharusnya aku pahami bahwa waktu hanyalah sekat.
Seperti kata yang disekat spasi. Seperti kalimat yang disekat titik. Seperti bunga ikat yang butuh sekat untuk bisa bernafas.
Begitupun cinta. Cinta butuh sekat.

Seharusnya aku pahami.
Bahwa pagi, siang, sore dan malam adalah bagian dari waktu yang menyekat kita.


Seharusnya aku pahami.
Ketika pagi itu kita bertemu dan pergantian malam menjadi pembatas pertemuan kita harusnya aku tak perlu menolak.
Karena cinta tak akan berakhir meski malam melewati.
Karena cinta tak akan mampu memudar karena pekatnya malam.
Karena cinta yang sebenarnya bukan sekedar mimpi.

Seharusnya aku pahami.
Tuhan memberi kesempatan untuk jatuh cinta.
Masih ada pagi-pagi berikutnya.
Dan malam-malam berikutnya meskipun selalu mengancam untuk mengakhiri pertemuan kita.
Lalu membiarkan kita kembali ke rumah dengan membawa kenangan sepanjang hari yang berkesan.

Seharusnya aku pahami.
Mencintaimu memang sebuah pilihan. Meski di setiap pilihan selalu ada yang harus di korbankan.
Aku mencintaimu. Kau mencintaiku.
Kita saling cinta. Tapi agama kita tidak.
Mengapa kita harus berpisah karena agama? Mengapa agama tak bisa menyatukan kita?
Tidak. Aku tak memaksamu. Tak pula menyalahkan agamamu. Tidak juga agamaku.
Aku hanya butuh waktu. Hingga nafas berhenti. Hingga ranting menjadi kerontang. Hingga sungai menjadi surut.

Kali ini, seharusnya kau pahami.
Mencintaimu adalah segalanya.
Kau bukan saja mengenalkanku pada bahagia. Tapi kau dengan agamamu telah mengenalkanku dengan agamaku. Aku mencintaimu dengan perbedaan.

Tuhanku baik. Tuhanmu baik, kuyakin itu.

Kali ini, aku merasa jatuh cinta dan ingin memilikimu tanpa berbagi.
Aku tak mungkin sanggup melupakanmu. Meski telah ku coba berkali.
Namun berkali itu pula aku gagal.
Bayangmu selalu hadir tiap detik menit jam hari minggu bulan bahkan tahun.
Lalu apa aku harus memaksa?
Sungguh aku tak mampu

Jangan salahkan aku jika aku tak bisa melupakanmu. Karena melupakanmu semenit saja aku tak mampu.
Bila kau bertanya, “Seberapa sering kau mengingatku?”
Ku jawab, “SETIAP KALI!”

0 komentar: