Cerita Hati


Mama saya selalu berkata, “yang tau keadaan itu kamu sendiri. Selama itu positif, baik untuk kamu dan nggak mengganggu LAKUKAN!”

Setiap keputusan selalu beresiko. Itu konsekuensinya. Kali ini saya benar-benar tidak bisa berpikir logis. Saya juga tidak mengikuti kata hati kecil saya. Saya merasa bukan saya biasanya. Saya merasa menjadi orang lain. Saya mengikuti pandangan kasat mata.
Saya melihat setiap orang akan mampu ketika dia punya ambisi, punya harapan dan punya cita-cita. Saya pikir itu adalah tekad dan tekad menjadi dasar dari langkah seseorang. Kemudian saya bertanya pada diri saya sendiri, bagaimana tekad saya? Apa tujuan saya? Apa ambisi, harapan dan cita-cita saya.
Saya bisa menjawab itu semua dengan lantang dalam hati. yaa..hanya dalam hati. Tapi saya terlalu munafik. Saya membohongi diri saya sendiri. Apa yang saya ucapkan nyatanya berlawanan dengan hati saya. Saya tidak bisa berpikir jernih kali ini.
Ini sifat buruk saya, saya terlalu bodoh untuk membiarkan orang lain berkembang padahal saya sendiri belum berkembang. Seorang teman saya berkata kelak saya akan menyesal jika selamanya saya selalu mengambil keputusan yang tidak mengikuti kata hati. Saya berani bersumpah. Ini pertama kalinya bagi saya. Dan mungkin benar, saya menyesal.

0 komentar: