Belajar dari Kemenangan Regina “Idol”


Belajar dari Kemenangan Regina “Idol”
Oleh Dian Hendar Pratiwi

“Dan yang menjadi The Next Indonesian Idol, Indonesia memilih.. REGINA!!!”

Begitulah kira-kira yang diserukan Daniel Mananta, presenter acara ajang pencarian bakat menyanyi, Indonesian Idol. Gemuruh sontak meraung di setiap sudut bangku penonton. Pelukan selamat langsung disematkan Sean, kompetitornya.
Seperti yang telah kita ketahui bersama dari ajang tersebut kontestan asal Jakarta, Regina, dinobatkan menjadi Idola baru Indonesia. Kontestan tertua di Indonesian Idol 2012 ini mengaku telah mengikuti 6x ajang Indonesian Idol dan selalu gagal. Namun berkat kerja keras, tekad, kegigihan dan kemauannya untuk terus belajar mengantarkannya menjadi The Next Indonesian Idol. Tak tanggung-tanggung Regina tak pernah sekalipun berada di peringkat bottom three.
Dari tontonan ini akhirnya membuat saya berpikir bahwa lagi-lagi kita bicara soal kerja keras. Kerja keras dalam berproses. Regina tidak sekali jatuh. Namun berkali-kali. Dilangsir oleh beberapa media on-line, tahun ini juga menjadi tahun terakhir bagi usianya untuk mengikuti ajang tersebut. Jika dia jera dan tidak mengambil form pendaftarannya lagi waktu itu, dia tidak akan ada di posisi ini.
Mungkin kegagalannya kala itu bukan menjadi hal yang kemudian disesali bagi Regina. Dia terus belajar dan mengevaluasi diri. Secara tidak langsung kegagalan-kegagalan berikutnya semakin mendewasakannya. Dalam arti dewasa dalam bersikap dan menerima kenyataan. Regina tau masih ada yang salah dan perlu dibenahi untuk maju di Idol selanjutnya.
Menurut saya Regina bukan hanya orang yang beruntung tapi orang yang memang pantas menjadi juara. Dia mau belajar dengan segala kerja keras dan kegigihannya. Tekadnya kuat dan tujuannya jelas yaitu menjadi sempurna diajang ini. Bila dia akhirnya berhasil ini merupakan buah dari pembelajaran pasca kegagalannya yang lalu.
Hal-hal sepele macam inilah yang seharusnya bisa kita pelajari. Sekali lagi, kerja keras, tekad yang kuat, gigih, terus belajar dan mengevaluasi diri menjadi modal utama di setiap perjalanan. Perjalanan yang kemudian kita sebut itu proses. Proses yang kemudian mendewasakan kita untuk menerima dan mengerti arti dari sebuah kegagalan.

“Harus diakui bahwa manusia hidup butuh pengakuan. Tapi yang harus diyakini adalah proses untuk bisa hidup dan bertahan itu lebih penting dari sebuah pengakuan. (-dHp-)”

0 komentar: