Lalu pada suatu hari langkah saya terhenti di depan
sebuah gerbang yang tak saya inginkan. Bahkan membayangkannya pun saya tak
pernah. Namun saya tetap harus melangkah. Tak ada pilihan.
Seiring dengan langkah ini, kemudian saya tersadar. Bahwa
saya bisa berencana. Tapi Tuhan lebih berhak berencana. Dan rencana Tuhan
terkadang begitu misterius bagi saya.
Ketika menulis catatan ini saya teringat doa yang saya
ucapkan malam kemarin. Benar-benar baru kemarin. Saya berdoa agar Tuhan tidak
melupakan saya. Agar Tuhan tetap menggandeng tangan saya ketika saya melewati
jalan apapun.
Saya sadari memang sering kali saya berpikir tentang
masa lalu dan masa sekarang. Jarang saya berpikir tentang masa depan. Mungkin itu
yang seharusnya saya lakukan. Setidaknya semacam persiapan untuk menerima
rencana Tuhan.
0 komentar:
Posting Komentar