TALI


TALI
Oleh: @diianhp


Bayangkan bila kamu ada di sebuah gedung. Sebuah gedung yang megah berbentuk setengah lingkaran. Dindingnya berwarna putih tanpa hiasan atau lukisan dinding. Polos saja. Lantainya beralas ubin berukuran 30x30 cm juga berwarna putih. Tidak ada jendela. Tapi ada satu pintu yang besar yang terdapat di salah satu sudut ruangan ini. Pintunya bercat putih pula. Semua serba putih. Bersih.
Di dalamnya tidak hanya kamu. Namun ada banyak orang yang kamu kenal rupanya tapi asing bagimu. Mereka saling bercengkrama. Kadang juga tertawa. Lalu ada saatnya kamu menyapa mereka. Mereka balas menyapamu. Tapi tunggu dulu, tatapan mereka padamu tidak bersahabat lebih terkesan sinis dan dingin.
Kamu lalu terdiam. Tapi otak, hati dan perasaanmu tidak diam. Kamu terus berpikir apa yang salah dengan diri kamu juga dari diri mereka. Hatimu berkata benar. Tapi perkataan sering berbanding terbalik dengan kata hati. Nyatanya mereka yang benar, kamu tidak. Perasaanmu begitu lembut tapi menurut mereka perasaanmu seperti batu.
Telingamu juga selalu mendengar. Dalam diam kamu tetap mendengar. Kamu mendengar mereka bicara tentang sejuknya udara di luar gedung putih ini. Mereka bilang matahari di luar begitu hangat. Mereka bilang malam selalu terang meski langit tampak hitam pekat. Mereka bilang titik-titik cahaya di langit itu bukan kunang-kunang yang sedang menempel di langit. Namun itu bintang. Mereka bilang bulan di luar berwarna kuning. Kuning mengambang bukan di kali tapi di hamparan angkasa atas sana.
Mereka bilang dunia yang seutuhnya dunia ada di luar gedung ini.
Kemudian kamu perhatikan orang yang bertubuh paling tinggi di dalam gedung ini mulai berdiri. Tangannya menjulur ke atas. Menggapai tali yang bergelantungan dari atas langit. Maksudku lngit-langit gedung ini. Entah darimana asalnya. Namun setelah orang paling tinggi itu sampai di atas, Ia bisa keluar dari gedung pengap ini.
Kata salah satu dari mereka itu tali dari Tuhan mereka. Berkat doa mereka selama ini. Berkat keinginan mereka yang begitu kuat untuk keluar dari gedung ini.
Mulanya hanya satu yang mencoba keluar dengan memanjat tali itu.
Lalu dua.
Lalu tiga, empat.
Lima, enam, tujuh, delapan.
Terus bertambah hingga lebih dari sepuluh.
Ya. Lebih dari sepuluh orang bertubuh tinggi mencoba keluar dari gedung ini. Tak lama kemudian disusul orang yang bertubuh tak terlalu tinggi. Mereka terus bersusah payah kadang juga berebut satu dengan yang lain.
Naik. Jatuh. Naik lagi. Jatuh lagi. Dan naik lagi. Namun tak jatuh lagi.
Beberapa saat kemudian kamu merasa gedung ini tampak begitu luas juga tak terlalu pengap. Setelah orang-orang tinggi dan yang tak terlalu tinggi telah memanjat tali dan keluar.
Kini kamu mulai ikut berdiri. Mengukur tinggi tubuhmu. Tak juga pendek rupanya. Terbilang tinggi malah. Bukan! Cukup tinggi. Namun mengapa tak segera berebut tali juga dengan yang lain? Memanjat keluar dan merasakan dunia yang seutuhnya dunia seperti kata temanmu. Ikut merasakan bukan hanya mendengarkan.


Dari tempatmu berdiri, kamu masih melihat tali itu menggantung.

0 komentar: